
- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 8 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 4 Juni 2023
Bacaan Alkitab: Kejadian 1:1-4, 26-31; Mazmur 8; 2 Korintus 13:11-13; Matius 28:16-20
Selaku umat percaya kita sering gagap saat diminta untuk menjelaskan tentang “Trinitas”. Di satu pihak kita menegaskan Allah yang kita percayai adalah Allah yang esa, namun di pihak lain kita menyatakan bahwa Bapa-Anak-Roh Kudus memiliki “kepribadian-Nya” sendiri.
Sepanjang sejarah gereja, upaya untuk menjelaskan konsep Trinitas silih berganti muncul. Ada Tertullianus (160-220) yang menyatakan: “una substantia, tress personae” (satu zat tiga pribadi). Ada pandangan Sabellius (sekitar tahun 215) menyatakan bahwa Allah sebagai Bapa-Anak-Roh Kudus adalah esa secara bilangan/matematis. Allah sebagai Bapa menyatakan diri-Nya pada waktu karya penciptaan, lalu Allah sebagai Anak menyatakan diri-Nya melalui karya Kristus sampai Dia naik ke surga; dan terakhir Allah sebagai Roh Kudus menyatakan diri-Nya setelah Kristus naik ke surga. Jadi menurut Sabellius, Allah yang esa dapat berubah-ubah rupa dalam suatu periode zaman tertentu.
Pemahaman trinitaris pada masa kini lebih memahami keesaan Allah secara organis, dan tidak lagi secara matematis. Dalam pemahaman keesaan secara organis, disadari unsur-unsur kejamakan yang saling bergantung dan saling mempengaruhi sebagai suatu kesatuan. Contoh: kepribadian manusia yang terdiri dari tubuh-jiwa-roh namun satu kesatuan kepribadian. Yohanes Damaskus (675-749) memahami Trinitas seperti susunan sebutir telur, yang terdiri dari: kulit, putih telur dan kuning telur. Ketiga aspek atau bagian dari telur tersebut terpisah sekaligus menyatu, berbeda sekaligus sama.
Pemahaman Trinitas seperti ini disebut dengan “perikhoresis”, yang mengungkapkan realitas kepelbagaian dan sekaligus realitas persekutuan yang akrab di dalam kepelbagaian itu. Itulah yang sebenarnya ditunjukkan oleh Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam persekutuan-Nya yang satu. Pemahaman Trinitas “perikhoresis” mengungkapkan keterjalinan ketiga pribadi Allah yang saling menari mengungkapkan misi Allah Trinitas dengan curahan kasih ilahi dan rahmat keselamatan kepada seluruh ciptaan, khususnya kepada umat manusia.
Bacaan leksionari hari ini menolong kita untuk memahami struktur pemahaman trinitaris, yang menolong kita memahami misi Allah Trinitas tersebut.
(1). Allah mencipta
Dari bacaan I hari ini kita menjumpai berkali-kali kata “mencipta” dan “menjadikan” digunakan. Allah mencipta dengan melalui firman-Nya. Dari yang tidak ada, menjadi ada, dari keadaan kacau balau semua menjadi tertib dan teratur. Allah mengatur yang kacau balau itu dengan penuh kuasa. Menciptakan, menaruh dan meletakkan mereka sesuai dengan tempatnya. Ini sesuai dengan pengakuan iman kita yang menyatakan Allah sebagai khalik langit dan bumi. Berarti kita mengakui tidak ada kuasa lain di alam semesta ini yang bisa menciptakan ketertiban selain dari Allah Bapa. Allah yang menciptakan itu juga sekaligus Allah yang menyediakan kebutuhan dan memelihara ciptaan-Nya.
(2). Sang Anak mengubahkan
Dalam bagian akhir Injil Matius, saat Ia mengutus para murid-Nya untuk memberitakan Injil, Yesus berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Mat. 28:18). Kata ‘kuasa’ (Yun. exousia) di sini berarti kemampuan dan kekuatan yang punya wibawa sehingga dapat mempengaruhi orang lain dan membawa perubahan. Pengajaran dan karya Tuhan Yesus senantiasa mampu memperlihatkan daya kuasa firman Allah yang menyentuh dan membarui setiap orang yang mendengar-Nya sehingga membawa perubahan. Yang sakit disembuhkan, yang lumpuh bisa berjalan, yang buta dicelikkan, yang tuli dapat mendengar, yang terpenjara dibebaskan, yang berdosa ditebus dan diselamatkan.
(3). Roh Kudus menghidupkan
Jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya akan karunia dan kaya dalam hal materi. Namun mereka juga kaya akan masalah: pertikaian dan konflik antar kelompok yang berpotensi menghancurkan dan mematikan jemaat. Kehadiran Roh Kudus yang mencurahkan karunia-karunia Roh di Korintus dipandang positif oleh Paulus, bukan untuk memecah-belah jemaat, melainkan untuk membangun jemaat dalam kasih yang menghidupkan. Sebagai hasil karya Allah melalui karunia Roh Kudus itulah jemaat mengalami pembaruan dan pertumbuhan.
Prinsip utama dalam iman Kristen adalah bahwa Allah dekat dengan kita—baik menjadi sama dengan kita di dalam Kristus, atau secara spiritual melalui kehadiran Roh-Nya yang kudus—hanya karena Allah berinisiatif mendekatkan Diri kepada ciptaan-Nya. Inilah yang disebut sebagai kasih karunia. Inisiatif Allah untuk menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya, berlanjut dengan karya Sang Anak Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan, serta Roh Kudus yang hadir menyatakan cinta dan kuasa Allah yang menghidupkan ciptaan-Nya. Yang pasti ketika satu Pribadi Allah hadir dan mendekati manusia, maka kedua Pribadi Ilahi yang lain hadir bersamaan. Sang Bapa dan Roh Kudus hadir di dalam Kristus (Sang Anak) yang menyatakan diri kepada manusia; Sang Bapa dan Sang Anak hadir di dalam Roh Kudus yang memelihara dunia; Sang Anak dan Roh Kudus hadir di dalam Sang Bapa yang mencipta dunia dengan kuasa-Nya. Kita tidak pernah boleh memisahkan ketiga Pribadi Ilahi ini.
Hari ini kita merayakan Minggu Trinitas, yaitu hari Minggu pertama setelah Pentakosta. Minggu Trinitas menyegarkan lagi pemahaman kita tentang Trinitas, tiga pribadi Allah: Allah Bapa, Anak, Roh Kudus yang berkelindan dalam persekutuan kasih dan karya untuk melakukan misi Allah di tengah dunia ini. Selamat menikmati dan mengalami kasih Allah Trinitas dalam hidup keseharian kita, selamat merespons misi Allah tersebut dengan ikut serta mengerjakan bagian kita di tengah keluarga, gereja, dan masyarakat, sehingga semakin banyak orang mengalami cinta kasih Allah.
Pdt. Danny Purnama

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 37 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 28 Mei 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2:1-21; Mazmur 104:24-35; 1 Korintus 12:3-13; Yohanes 20:19-23
Apakah karunia Allah yang terbesar bagi manusia? Apakah karunia bahasa roh, karunia menyembuhkan, karunia mengusir setan, atau karunia muzizat? Karunia-karunia yang disebutkan itu memang cukup spektakuler, tetapi bukanlah karunia yang terbesar.
Karunia Allah yang terbesar bagi manusia adalah Anak Tunggal-Nya yang dikaruniakan untuk keselamatan manusia (Yoh. 3:16; Rm. 6:23b). Tanpa Anak Tunggal Allah, yaitu Yesus Kristus, semua karunia yang lain tidak berarti dan tidak dapat dimiliki. Karunia yang terbesar inilah yang membuat karunia-karunia yang lain dapat dimiliki oleh orang-orang percaya.
Kata “karunia” (“kharisma”) digunakan untuk “karunia Allah”, yaitu hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 5:23b). Tetapi penggunaan yang khas dari kata itu adalah “karunia-karunia rohani”, yaitu karunia-karunia yang diberikan Roh Kudus kepada orang-orang percaya (1Kor. 12:4-7).
Roh Kudus, yang memimpin seseorang untuk mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus, juga memberikan karunia Roh kepada tiap-tiap orang percaya secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor. 12:8-11). Setiap orang percaya diberikan karunia Roh Kudus (1Ptr. 4:10; 1Kor. 12:7; Ef. 4:7-8). Karunia itu diberikan pada saat ia percaya pada Yesus Kristus dan menjadi anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13). Kepada masing-masing orang percaya diberikan karunia secara khusus (berbeda satu dengan yang lain) seperti yang dikehendaki-Nya (1Kor. 12:11, 18). Kepada masing-masing anggota tubuh Kristus diberikan karunia yang berbeda-beda untuk kepentingan bersama (1Kor. 12:7).
Karunia Roh bukanlah untuk kemegahan diri sendiri ataupun kesenangan pribadi, melainkan untuk membangun tubuh Kristus. Oleh sebab itu, hendaklah setiap anggota jemaat menggunakan karunia Roh yang ada padanya untuk saling membangun dan saling melayani.
Di dalam kehidupan berkeluarga, Allah juga menghendaki agar setiap anggotanya menggunakan karunia masing-masing untuk saling membangun dan saling melayani. Jangan lupa, bahwa keluarga adalah suatu jemaat mini. Suatu jemaat terdiri dari keluarga-keluarga orang percaya, dan keluarga-keluarga orang percaya membentuk suatu jemaat.
Allah menghendaki agar setiap orang percaya menggunakan karunia Roh dalam kehidupan sehari-hari. Karunia yang telah diberikan Roh Kudus hendaklah dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari di gereja, di tengah keluarga, dan di manapun kita berada.
Pdt. Andreas Loanka

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 31 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 21 Mei 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 1:6-14; Mazmur 68:2-11, 33-36; 1 Petrus 4:12-14, 5:6-11; Yohanes 17:1-11
Yohanes 17:4
“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan
kepada-Ku untuk melakukannya.”
Tuhan Yesus bekerja sampai tuntas artinya Tuhan Yesus tidak hanya melaksanakan tugas karyaNya sampai habis, sampai selesai, tetapi juga sampai sasarannya. Tuhan Yesus melaksanakan tugas KaryaNya sampai selesai dalam doa yang Yesus naikan.
Tuhan Yesus meninggalkan dunia ini untuk pergi kepada BapaNya di Surga, sesudah Ia menyelesaikan tugasnya. Juga pelaksanaan tugas karyaNya sampai sasarannya, sesuai maksudnya yang luhur. Bahwa para muridNya itu sampai menjadi tahu dan menjadi benar-benar tahu. “sekarang mereka tahu bahwa semua yang Engkau berikan kepadaKu itu berasal dari Dikau dan mereka tahu benar-benar bahwa Aku datang dari Dikau”.
Dalam Kisah para Rasul 1:6-14 Setelah menyaksikan Tuhan Yesus naik Ke surga di bukit Zaitun mereka kembali ke Yerusalem. Mereka berdiam di sana seperti pesan Yesus. lalu naik ke ruang atas (upper room) : loteng kamar. (seperti saat perjamuan malam terakhir bersama Yesus) saat ini Yesus sudah tidak bersama mereka. Kali ini Yesus tidak lagi bersama mereka.
Mereka diminta untuk tetap bersekutu, berdoa bersama, menjalankan tugas dan menghimpun kekuatan mereka sekalipun Yesus secara jasmani tidak lagi bersama-sama dengan mereka. Para murid berkumpul diatas dengan sehati dalam doa bersama-sama. Mereka bukan hanya asal berdoa bersama-sama, tetapi dalam kesehatian. Pokok doanya meminta roh kudus segera datang menguasai mereka seperti yang dijanjikan.
Pdt. Santoni

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 37 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 14 Mei 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 17:22-31; Mazmur 66:8-20; 1 Petrus 3:13-22; Yohanes 14:15-21
“Hidup mengasihi!” Ya, hidup mengasihi tentu membuat sesama manusia berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik bagi orang yang dikasihinya. Tak jarang apapun dilakukan dan dituruti yang penting orang yang dikasihi berbahagia. Begitulah “kasih”, kasih dapat membuat seseorang menjadi taat dan bersedia berkorban.
Hal ini juga yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menunjukan kasih-Nya lewat ketaatan-Nya kepada perintah Allah Bapa untuk turun ke dalam dunia dan menyelamatkan umat manusia. Salib yang ditanggungnya semata-mata karena kasih-Nya yang besar bagi kita ciptaan-Nya. Kasih-Nya yang tak bisa kita sia-siakan begitu saja dan mengundang kita untuk juga mengasihi-Nya. Ketaatan-Nya yang telah membuat kita hidup dan mendorong kita untuk taat pada keselamatan yang telah diberikan-Nya kepada kita “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14:15).
Menjalankan kasih dalam ketaatan tentu bukanlah perkara yang mudah. Oleh sebab itu, Yesus meminta kepada Bapa seorang Penolong yang lain, yang akan menyertai umat-Nya sampai selama-lamanya. Penolong itu ialah Roh Kebenaran yang akan selalu menyertai serta menetap di dalam setiap umat-Nya, dan mengingatkan jikalau mulai melenceng dari perintah Tuhan.
Ketaatan adalah bukti dari kasih itu sendiri. Kasih yang ditunjukan lewat ketaatan akan menuju pada keselamatan. Semakin kita menaati Allah, maka semakin kita mengerti kehendak-Nya. Kita yang hidup taat seturut kehendak-Nya akan memperoleh kehidupan kekal bersama-Nya. Maka, mari teruslah konsisten hidup dalam ketaatan dan kasih kepada Tuhan dan orang-orang di sekitar kita.
Pdt. Erma P. Kristiyono

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 54 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 7 Mei 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 7:55-60; Mazmur 31:2-6, 16-17; 1 Petrus 2:2-10; Yohanes 14;1-14
Ada beragam alasan orang ingin melayani, mulai dari rasa syukur mereka atas apa yang telah Tuhan berikan bagi kehidupan mereka, sampai pada orang-orang yang melayani untuk mencari jati dirinya dan atau sebagai wujud aktualisasi diri. Bacaan Injil kita pada hari ini di dalam Yohanes 14:1-14, menunjukkan banyak pengikut Tuhan seperti Tomas dan Filipus, yang mengaku sebagai murid Kristus dan berkata, “ya Tuhan bekerjalah melalui aku”, namun di dalam perjalanannya mereka hanya mengandalkan pemikiran mereka sendiri. Mereka mengerjakan pelayanan bagi Tuhan, namun belum sungguh-sungguh merasakan Tuhan bekerja di dalam diri masing-masing, bahkan cenderung ragu dengan kuasa Tuhan di dalam diri mereka. Hal ini yang membuat Yesus berkata di dalam Yoh. 14:10, “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? …” Bahkan di dalam ayat 11, sekali lagi Yesus mengatakan “Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; …”
Bacaan kita hari ini mengingatkan agar kita terlebih dahulu percaya kepada Allah dan membiarkan-Nya bekerja di dalam diri kita sebelum kita melayani-Nya. Oleh karena itu, kita diajak untuk mengalami perjumpaan pribadi secara utuh dengan-Nya melalui pengenalan yang benar akan pribadi-Nya. Perjumpaan dengan Allah tidak melulu terjadi melalui sesuatu yang spektakuler. Bahkan melalui hal-hal yang sederhana sekali pun, tidak menutup kemungkinan kita dapat menerima perjumpaan dengan Tuhan.
Pdt. Devina E. Minerva

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 53 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 30 April 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2 : 42-47; Mazmur 23; 1 Petrus 2 : 19-25; Yohanes 10:1-10
Engkau ada bersamaku
Di s'tiap musim hidupku
Tak pernah Kau biarkan ku sendiri
Kekuatan di jiwaku
Adalah bersama-Mu
Tak pernah kuragukan kasih-Mu
[Chorus]
Bersama-Mu Bapa
Kulewati semua
Perkenanan-Mu yang
Teguhkan hatiku
Engkau yang bertindak
Memb’ri pertolongan
Anugerah-Mu besar melimpah bagiku
Lagu rohani yang dinyanyikan oleh Sari Simorangkir dengan judul “Bersama-Mu” beberapa waktu yang lalu ini mengisahkan bahwa perjalanan hidup tidak pernah mudah. Semua itu bisa dilewati bersama Bapa yang senantiasa hadir dalam kehidupan orang percaya. Orang percaya tidak pernah sendiri dalam menjalani kehidupannya karena Bapa dalam Tuhan Yesus senantiasa hadir dalam setiap langkah hidup.
Bagi pemazmur, kehadiran Tuhan Allah sebagai Gembala dalam kehidupannya memberikan kepastian dalam setiap langkah hidupnya. Pemazmur tidak akan mengalami kekurangan, bahkan akan merayakan kelimpahan hidup, baik secara jasmani maupun rohani. Bukan hanya itu saja, pemazmur juga mendapatkan keteguhan hati saat melewati lembah kelam. Ini terjadi karena, Tuhan Allah senantiasa bersamanya. Juga saat ia berhadapan dengan lawan-lawannya, ia tidak akan malu. Tuhan Allah hadir untuk memastikan perlindungan. Rumah Tuhan, di mana pemazmur ingin senantiasa berdiam, menjadi lambang kehadiran Tuhan Allah dalam kehidupan umat-Nya. Inilah kepastian yang pemazmur dapatkan dalam hidup karena Allah hadir dalam hidupnya.
Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik memastikan bahwa setiap orang yang melangkah bersama-Nya (menjadi domba-Nya) juga akan mendapatkan pemeliharaan yang sempurna. Pada saat yang sama semua domba-Nya juga mengenal Dia dengan baik. Mereka akan mengenal suara-Nya dan mengikuti-Nya. Tuhan Yesus hadir agar setiap domba-Nya hidup dalam kelimpahan.
Bagaimana dengan Saudara dan saya? Apakah selama ini kita sungguh-sungguh mendengar dan mengenal Yesus, Sang Gembala yang baik. Bukan yang lain. Bila Tuhan Yesus yang beserta dengan kita dalam setiap musim kehidupan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ia akan menjaga dan menyertai. Jika Tuhan bersama kita apa yang kita khawatirkan?
Pdt. Tri Santoso

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 45 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 23 April 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2:14, 36-41; Mazmur 116:1-4, 12-19; 1 Petrus 1:17-23; Lukas 24:13-35
“Homo fabulans”, ya manusia adalah makhluk penyuka cerita. Tiada hari tanpa bercerita atau berdialog entah dengan keluarga, pasangan, teman, bahkan orang asing sekalipun. Isi cerita biasanya berkaitan dengan isi hati, kejadian yang dillihat atau didengar, memohon saran, berbagi informasi, suasana dalam keluarga, harapan di masa depan, pekerjaan/usaha/studi dan lain sebagainya. Disadari atau tidak, ketika sebuah cerita disampaikan maka cerita dapat mengubah seseorang, baik bagi orang yang mendengar atau bagi sang pencerita itu sendiri. Sebuah cerita dapat memberi kelegaan, kesejukan, dan pengharapan.
Hal ini yang Yesus lakukan ketika Ia sedang berjalan dengan Kleopas dan temannya dalam perjalanan ke Emaus. Dalam suasana yang berduka dan bersedih pasca kematian Tuhan Yesus, perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat berat bagi mereka. Yesus tidak tinggal diam melihat murid-murid-Nya bersedih dan muram, Ia hadir menampakan diri-Nya, berjalan bersama, dan berbagi cerita dengan murid-murid-Nya. Tuturan Yesus membuat hati Kleopas dan temannya menjadi berkobar-kobar; ya tuturan Yesus memberi kelegaan dan pengharapan bagi mereka. Yesus membawa mereka memahami cerita masa lalu sebagai bagian dari kisah keselamatan yang Yesus hadirkan.
Perjalanan ke Emaus merupakan perjalanan yang mengubahkan kehidupan murid-murid Yesus. Semula dua murid ini muram, sedih, tidak ada lagi harapan berubah menjadi sukacita dan berpengharapan kembali. Kini hidup mereka tertuju hanya kepada Yesus yang telah bangkit dan telah berbagi cerita dengan mereka. “Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah”
Berbagi cerita iman dapat mengubah kehidupan seseorang. Cerita iman adalah cerita yang dapat membawa pendengar memahami kisah keselamatan Yesus Kristus bagi dunia ini. Oleh sebab itu, teruslah berbagi cerita iman dengan orang-orang di sekeliling kita, nyatakanlah kisah Yesus Kristus, dan hadirkanlah cerita yang memberi kelegaan, penguatan, dan pengharapan.
Pdt. Erma P. Kristiyono

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 66 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 16 April 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 2:14,36-41; Mazmur 16; 1 Petrus 1:3-9; Yohanes 20:19-31
Siapa di antara kita yang tidak pernah kuatir atau takut sekalipun dalam hidupnya? Hampir tidak ada, bukan? Sekalipun kita menjadi pengikut Kristus sangat sering mendengar khotbah: “Jangan kamu kuatir!” atau ”Jangan takut!”, tetap saja kita tidak kebal dari rasa kuatir dan takut. Biasanya ada 3 hal yang menyebabkan kita diliputi kekuatiran dan ketakutan: ancaman-ancaman, pilihan-pilihan dan pengalaman traumatis di masa lalu.
Ketakutan dan kekuatiran juga dialami para murid beberapa hari setelah Yesus disalibkan dan mati. Mereka bersembunyi di dalam ruangan yang terkunci rapat karena takut terhadap penguasa Yahudi. Mereka juga ada dalam kondisi kehilangan harapan karena Sang Guru yang mereka harapkan akan membawa pembebasan dan jadi Mesias, justru mati secara mengenaskan. Semua itu membuat mereka tidak berani bergerak, lupa akan janji Tuhan bahwa Ia akan bangkit lagi pada hari ketiga. Akibatnya mereka tidak lagi punya semangat hidup: kematian semu!
Yesus tidak tinggal diam melihat keadaan murid-murid-Nya ini. Pertama-tama, Yesus menjumpai para murid. Ia menerobos tembok-tembok yang mengungkungi para murid. Ia memberi mereka salam: “Shalom, damai sejahtera bagimu!” Ini bukan slogan basa-basi seperti yang sering diucapkan orang Kristen masa kini. Tapi sungguh merupakan suatu berkat yang memberi ketenangan. Bayangkan orang yang sedang ada dalam ketakutan dan putus asa, menerima kabar: “damai sejahtera bagimu”. Sapaannya pasti membawa sukacita, memberi semangat baru dan menghidupkan para murid yang sudah mati semu itu.
Kedua, Yesus bukan sekadar menjumpai dan memberi salam, tapi juga mengutus para murid untuk “bergerak” sebagai tanda kehidupan, kata-Nya,“Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh. 20:21). Yesus ingin murid-murid-Nya tidak tinggal diam, ada dalam ketakutan dan putus asa, atau hanya hidup mengasihani diri sendiri. Melainkan Ia ingin kita “bergerak” dan membagikan sukacita dan shalom itu kepada semua orang.
Ketiga, selain mengutus, Tuhan Yesus juga memperlengkapi para murid dengan memberi Roh Kudus. Kehadiran Roh Kudus ini memberi spirit atau semangat baru untuk berkarya di tengah dunia.
Apa yang terjadi dengan para murid setelah mereka berjumpa dengan Yesus yang bangkit? Mereka mengalami perubahan besar. Tomas yang semula ragu-ragu dan tidak percaya kemudian berubah menjadi murid yang tak ragu mengakui-Nya sebagai “Tuhan dan Allahnya”. Petrus berubah dari orang yang menyangkali Yesus menjadi murid yang begitu setia mengabarkan Injil dengan penuh keberanian. Perjumpaan dengan Kristus yang bangkit membuat para murid memiliki harapan dan semangat baru untuk melanjutkan hidup.
Bagaimana dengan kita? Apakah Saudara mengalami perubahan besar setelah berjumpa dengan Yesus? Apakah Saudara terinspirasi dan tersentuh untuk meneladani Yesus? Kalau jawabannya “Ya”, berarti Saudara ada bersama jutaan bahkan mungkin miliaran orang di seluruh dunia sepanjang masa yang percaya dan terinspirasi Yesus yang bangkit dan menang atas kuasa maut.
Kebangkitan-Nya membawa terang dan memberi hidup baru, harapan baru bagi kita manusia di tengah menjalani hidup di dunia ini. Mungkin hari-hari ini, Saudara sedang penat dan lelah karena beratnya beban keluarga dan pekerjaan; mungkin hari-hari ini, Saudara sedang berpikir untuk berhenti berjalan sebagai anak-anak Tuhan karena sakit yang tak sembuh-sembuh; mungkin saat ini Saudara sedang capek hati menghadapi situasi pandemi ini yang tak kunjung reda.
Ingatlah kita tidak berjalan dan menjalani hidup sendirian. Ada Kristus yang bangkit. Kristus yang menjumpai kita dan memberi kita spirit dan semangat baru lewat kehadiran Roh Kudus. Ia mau kita juga bangkit dan mengisi hidup dengan bermakna supaya kehadiran kita menjadi alat berkat yang memuliakan Tuhan.
Pdt. Danny Purnama

- Details
- Sekretariat GKI Gading Serpong By
- Dibaca: 94 kali
Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 9 April 2023
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 10:34-43; Mazmur 118:1-2,14-24; Kolose 3:1-4; Yohanes 20:1-8.
Bacaan kita Yohanes 20:1-18 belajar tentang iman beberapa tokoh yaitu :
1. Iman Maria Magdalena :
Yohanes 20:1
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.
Pagi pagi benar, ketika hari masih gelap Maria yang pertama kali melihat kubur kosong, batu penutup kubur itu tidak ada, dan mendapati kubur telah kosong. Maria menduga, ada yang telah mengambil mayat Yesus. Apapun kecurigaannya, kelihatannya ia sangat terkejut, jengkel, panik, hatinya gundah atas kenyataan bahwa tubuh Tuhan Yesus hilang.
Maria melihat kubur dari luar, hanya melihat batu telah diambil dari kubur lalu segera berkesimpulan bahwa jenazah gurunya diambil orang. Dengan kecemasan lari kepada murid yang lain salah satunya Petrus. Maria melihat kubur kosong tidak segera menjadikan dirinya percaya malah menimbulkan ketakutan, kesedihan dan salah sangka. Iman yang hanya melihat dan tidak bertemu dengan Yesus.
2. Iman Petrus
Petrus lari dan tiba di kubur yang paling akhir, Ia masuk ke dalam kubur dan mengamati isinya dengan teliti. Selain melihat kain kafan, Petrus juga melihat kain peluh dalam posisi terpisah dan sudah tergulung. Petrus belum percaya, Ia baru percaya setelah dilengkapi dengan penampakan Yesus kepada murid-muridNya. Petrus percaya karena ada penampakan Yesus.
3. Iman Murid yang dikasihi
Mereka lari ke kubur karena dikejutkan oleh berita kegelapan Maria Magdalena. Murid yang digerakkan oleh kasih Yesus lebih cepat sampai ke kubur. Mereka menghampiri dan tidak masuk ke kubur dan melihat kain kafan Yesus tertinggal di tanah. Setelah Petrus masuk, maka mereka pun masuk ke kubur dan langsung percaya. Mereka segera percaya setelah masuk dan melihat keadaan, tanpa melihat penampakan Yesus. Mereka percaya kepada Yesus yang bangkit. Kasih Yesus memberinya hati yang percaya.
Pdt. Santoni