Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 11 Mei 2025
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 9:36-43; Mazmur 23; Wahyu 7:9-17; Yohanes 10:22-30
Kisah ini saya kutip dari laman Facebook Pdt. Wahyu Pramudya – GKI Ngagel Surabaya.
Berapa harga sebuah kalkulator? Cukup murah. Tapi, bagi anak yang tinggal di Amanuban Timur ini, kalkulator bukan barang yang mudah dan murah. Daerah ini terletak delapan jam perjalanan darat dari Kupang. Setahun, Yunita berdoa agar bisa mendapatkan kalkulator untuk studinya sebagai siswa SMP.
Hari ini, sebagai salah satu aktivitas mission trip, kami berbagi hadiah dari samaritan purse. Semua hadiah terbungkus rapi, tak terlihat apa isinya. Kami hanya diberitahu kalau isi 200 paket ini tidaklah sama. Kami membagi 200-an lebih paket. Apa yang didapatkan Yunita malam ini? Ada beberapa barang dalam kotak itu. Tapi, yang terpenting ada sebuah kalkulator!
Mungkin ada yang menyebut ini sebagai kebetulan. Namun, bagi saya, inilah adalah sebuah kecupan surgawi. Ia ada. Ia mendengar doa. Lewat kalkulator itu, Ia mengecup anak itu dengan kecupan yang menyentuh relung hati terdalam.
Hidup ini kadang bisa kita lihat sebagai serangkaian kebetulan yang sambung menyambung memintal jalinan hidup yang penuh warna. Namun dalam keyakinan iman kita, kita meyakini itu semua terjadi karena tuntunan Tuhan yang mempertemukan kita dengan orang-orang yang tak terduga dan membuat kita terbelalak dengan apa yang terjadi.
Suara Tuhan senantiasa menuntun umat-Nya untuk menjalani hidup dengan benar dalam rahmat Tuhan. Apa yang diminta dari domba-domba kepunyaan-Nya?
Yohanes 10:27 menegaskan: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku.. dan mereka mengikut Aku.” Apakah kita sebagai domba-domba kepunyaan Allah saat ini sungguh mendengar dan mengenali suara Tuhan kita, Yesus Kristus, dan bersedia mengikuti tuntunan-Nya?
Sang Gembala Agung itu sebenarnya sampai sekarang tetap bersuara menuntun umat-Nya senantiasa. Namun suara Tuhan Yesus itu kadang tercampur oleh bisingnya “suara-suara” lain yang menjelma lewat: kepentingan diri, kesibukan kerja, ketakutan, kekuatiran, kecemasan, godaan untuk memilih mendengar ajakan lain.
Hari ini kita belajar dan diingatkan kembali tentang besarnya rahmat yang sudah kita terima. Kita jadi domba milik kepunyaan Sang Gembala yang baik, yang bahkan rela berkorban untuk kebaikan domba-domba-Nya. Kita juga dituntun oleh suara-Nya senantiasa yang mengingatkan, menegur, menguatkan, meneguhkan supaya kita tetap hidup dalam rahmat dan anugerah-Nya.
Pdt. Danny Purnama