Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 19 Mei 2019
Kasih manusia ada batasnya. Orang-orang di dunia ini cenderung menerapkan kasih yang terbatas, yaitu mengasihi orang-orang yang mengasihi, menghargai, mengakui dan menerima diri mereka. Lebih dari itu, mereka biasanya mengasihi orang-orang yang baik, menarik, pandai, sopan dan setia. Kasih manusia ada batasnya, yaitu mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka (“to love who love us”) atau orang-orang layak untuk dikasihi (“to love the lovely”).
Kasih Allah tanpa batas. Ia mengasihi manusia ketika mereka masih berdosa, durhaka dan melawan Allah. Ia mengasihi manusia yang tidak layak dikasihi (“to love the unlove”). Manusia, yang seharusnya mendapatkan murka-Nya, justru memperoleh kasih-Nya. Puncak kasih Allah dinyatakan-Nya melalui pengorbanan Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus, untuk menyelamatkan manusia yang berdosa dan memberikan hidup yang kekal kepada setiap orang yang percaya (Yoh. 3:16).
Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk mengasihi dengan kasih yang tanpa batas. Bukan hanya “to love who love us” ataupun “to love the lovely,” tetapi juga “to love the unlove.” Dalam Matius 5:43-44 dituliskan ajaran Tuhan Yesus: “Kamu telah mendengar firman: kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka yang menganiaya kamu.”
Marilah kita mengasihi dengan kasih tanpa batas, baik secara vertikal maupun horizontal, baik secara internal maupun eksternal. Secara vertikal, hendaklah kita mengasihi Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa dan segenap akal budi dan segenap kekuatan kita (Mat. 22:37; Mrk. 12 :30); dan secara horizontal, hendaklah kita mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Mat. 22:39). Secara internal, hendaklah kita saling mengasihi sama seperti Tuhan telah mengasihi kita (Yoh. 13:34-35); dan secara eksternal, hendaklah kita mengasihi orang-orang lain, termasuk mengasihi musuh kita dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita (Mat. 5:43-44).
AL