Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 5 Mei 2019
Satu kata yang menakutkan banyak orang dan satu peristiwa yang sangat berat untuk dipikul adalah kegagalan. Tetapi kata yang menakutkan dan peristiwa yang memberatkan itu bisa dialami siapa saja.
Siapa saja bisa mengalami kegagalan. Seorang siswa bisa gagal menghadapi ujian kenaikan kelas. Seorang karyawan bisa gagal dalam pekerjaannya. Seorang pengusaha bisa gagal dalam bisnisnya. Seorang dokter bisa gagal dalam tindakan pengobatannya. Ada orang yang gagal secara profesional, ada yang gagal secara relasional, ada yang gagal secara moral, dan ada pula yang gagal secara spiritual. Kegagalan bisa dialami siapa saja, tetapi satu hal yang harus disadari, kegagalan itu bukan akhir dari segalanya.
Petrus pernah mengalami kegagalan, yaitu menyangkal Yesus tiga kali, hidup dalam penyesalan, dan tawar hati menghadapi masa depan. Tetapi perjumpaannya dengan Tuhan yang punuh kasih dan anugerah membuat Petrus dapat bangkit dari kegagalannya.
Perjumpaan dan dialog Petrus dengan Tuhan Yesus di pantai danau Tiberias telah memulihkan Petrus (Yoh. 21:15-19). Tiga kali Petrus ditanya oleh Tuhan Yesus apakah ia mengasih-Nya, dan tiga kali ia menjawab bahwa ia mengasihi-Nya. Kepada Petrus, yang pernah tiga kali menyangkal Tuhan Yesus, tiga kali dinyatakan Tuhan Yesus agar ia menggembalakan domba-domba-Nya. Pertanyaan dan pernyataan Tuhan Yesus kepada Petrus menyadarkannya bahwa Tuhan telah mengampuni dirinya, mau menerima dirinya apa adanya, serta mau memakainya untuk menjadi hamba-Nya. Ia ditolong Tuhan untuk dapat berdamai dengan masa lalunya dan terbebas dari rasa bersalahnya, sehingga ia mampu bangkit lagi dan mengambil komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Petrus yang pernah gagal, telah dipulihkan Tuhan untuk menjadi seorang gembala jemaat yang berhasil.
Perjumpaan dengan Tuhan dapat memulihkan. Orang yang gagal ditolong-Nya untuk berdamai dengan masa lalunya dan bangkit lagi untuk meraih masa depannya. Kegagalan bukan untuk ditakuti, ditangisi ataupun disangkal keberadaannya. Kegagalan harus diakui, diterima dan dijadikan jembatan menuju keberhasilan. Bersama dengan Tuhan Yesus, yang telah mati dan bangkit, kita dapat bangkit dari kegagalan untuk meraih keberhasilan bagi kemuliaan-Nya.
AL