a Pada tulisan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman pribadi dalam bekerja, baik sebagai tenaga pendidik, pelayan di gereja, dan lingkungan masyarakat sekitar kompleks saya tinggal.

Kebetulan, sehari-hari saya bekerja di bidang pendidikan. Saya bertugas mengatur waktu pelatihan, mengurus kebutuhan siswa di asrama, juga mengelola fasilitas tempat pelatihan di lingkup yayasan. Bersaksi di lingkungan kerja berarti kita harus menjadi teladan dalam arti yang luas. Dalam bekerja, acap kali kita harus berkaitan dengan unit kerja dan tim tertentu. Diperlukan kerja sama yang baik serta nilai-nilai yang bisa kita berikan dalam pekerjaan yang kita geluti setiap hari. Fokus hidup kita seharusnya bukan mengejar berkat, tetapi bagaimana bisa menjadi berkat. Bekerja merupakan salah satu cara kita melayani Tuhan sekaligus menjadi berkat bagi banyak orang. Rekan satu tim, bawahan, rekan satu divisi, bahkan atasan, setiap hari menyaksikan perbuatan kita secara gamblang, berikut semua tindak tanduk kita. Orang yang hidupnya berguna, pasti dicari banyak orang. Orang yang berkualitas, pasti memiliki nilai jual yang sepadan. Di manapun kita bekerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh!

Mari menjadi berkat di mana pun kita ditempatkan! Berkat adalah akibat dari apa yang kita kerjakan. Kunci hidup diberkati adalah kita lebih dahulu menjadi teladan. Berusaha mengomunikasikan pekerjaan-pekerjaan dalam kerja kelompok, memberikan pelayanan terbaik, ramah, dan membuat mitra kerja merasa aman bekerja dengan kita, ditambah disiplin yang tinggi. Jika ini diterapkan dalam dunia kerja, maka semua akan berjalan dengan baik. Kebutuhan yang lainnya, seperti keuangan, relasi yang baik, dan suasana kerja yang kondusif, akan ikut tercukupi. Tahukah Anda? Orang yang rajin akan memimpin dirinya sendiri. Amsal 10:4 berkata, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”.

Amsal 12: 24 berkata “Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa”. Orang rajin pasti memiliki inisiatif yang tinggi dan kemampuan untuk memimpin dirinya sendiri. Ia bahkan memiliki target akan apa yang harus dikerjakan dan diselesaikan hari itu, tanpa perlu disuruh, dipaksa, atau dimarahi atasannya. Untuk menjadi orang yang diberkati dan dipercaya oleh atasan, kita harus menjadi orang yang berkualitas dan berintegritas tinggi. Kepercayaan atasan dan rekan sekerja akan menciptakan rasa nyaman, sehingga memampukan kita berkontribusi lebih baik untuk tim. Dengan demikian, pekerjaan kita sudah menjadi berkat bagi mereka. Contoh sederhana, saya memiliki seorang office boy yang baik dan sopan. Dia selalu bertanya, apakah masih ada yang harus dikerjakannya di luar tugas yang telah diinstruksikan? Karena kebaikannya, saya memercayai dia menjadi pemimpin. Hal ini memberi pengaruh baik kepada rekan lainnya, dan dia pun mendapatkan ganjaran atas kerajinan dan kebaikannya itu.

Betapa pun pandai dan hebatnya kita, tetaplah mengutamakan karakter. Karakter kitalah yang akan menentukan posisi kita. Hidup menjadi berkat harus dilengkapi dengan karakter yang kuat dan hebat. Mazmur 37:11 berkata, “Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah”. Ayat ini merupakan janji Tuhan yang luar biasa hebat, dan landasan kita dalam bekerja, supaya membuahkan berkat dalam lingkungan kerja. Jangan sombong atau tinggi hati, tetapi tetaplah rendah hati dan bekerja sebaik mungkin.

Mitra yang pintar dan hebat tetapi sombong dan angkuh, pasti membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman. Renungan New Normal Upper Room an Online Christian Personal Services, tanggal 18 November 2022 tentang “Berkat di Tempat Kerja”, akan menutup tulisan saya. Apakah kita harus menjadi manajer dulu untuk mendatangkan berkat di tempat kerja? Tidak. Kita harus menjadi orang yang dapat dipercaya. Marilah kita melihat pengalaman kerja Yusuf sebagai contoh. “Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang” (Kejadian 39:5 TB). Yusuf masuk ke rumah Potifar sebagai budak, tetapi Tuhan senantiasa menyertai, sehingga apapun yang dikerjakannya berhasil. Setelah Potifar melihat hal itu, Yusuf mendapat kasih dari Potifar, dan diberikan kepercayaan atas seluruh rumah dan harta miliknya. Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, Tuhan memberkati rumah Potifar karena Yusuf, sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun di ladang. Ia dapat memberkati tempat kerja kita, karena kita ada di sana, apapun posisi dan jabatan kita. Oleh sebab itu pastikanlah:

1. Tuhan Menyertai Kita

Kita harus dapat merasakan hadirat Tuhan di tengah pekerjaan kita. Bukan berarti kita hanya berdoa dan menyembah Dia terus-menerus sehingga melalaikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan kita. Ia adalah Immanuel. Ia menyertai kita, termasuk di tempat kerja, dan Ia tidak berdiam diri. Ia mau memimpin dan menolong kita dalam melakukan pekerjaan, walaupun kita belum memiliki jabatan dan banyak harta. "Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: ‘Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’ entah kamu menganan atau mengiri" (Yesaya 30 ayat 20-21 TB).

2. Kerjakan Sebaik-baiknya

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kolose 3:23 TB). Lakukanlah yang terbaik dalam pekerjaan kita, jangan hitung-hitungan, apakah mendapatkan uang lembur atau tidak, ada tambahan komisi atau tidak. "Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya" (Kolose 3:24 TB). Kolose 3:23-24 dalam versi Terjemahan Sederhana Indonesia menuliskan demikian: "Apa saja yang kamu kerjakan untuk majikanmu, lakukanlah dengan sepenuh hati karena kamu sebenarnya sedang melayani Tuhan, bukan manusia! Ingat bahwa Tuhanlah yang akan memberikan upah kepadamu, ketika Dia kelak memberikan berkat yang sudah Dia janjikan kepada kita yang diangkat sebagai anak-anak-Nya. Jangan lupa bahwa kamu sebenarnya bekerja bagi Kristus Yesus, Penguasa kita, sebagai hamba-hamba-Nya”. 3. Dapat Diandalkan Kita harus memiliki integritas dan dapat diandalkan. Katakan apa yang sudah kita lakukan, dan lakukan apa yang sudah kita katakan. Milikilah komitmen untuk menepati waktu dan janji. Orang dipercaya bukan karena panjang masa kerjanya, melainkan karena terbukti, tetap mengatakan yang benar meskipun sulit, dan tetap melakukan yang seharusnya, meskipun penuh dengan perjuangan.

Biarlah kita menjadi orang yang seperti itu. Mari kita praktikkan dalam pekerjaan kita.