Daud adalah seorang yang berhasil. Namun dalam renungan ini kita melihat bagaimana kehidupannya tidak lepas dari campur tangan Tuhan. Ada masa-masa di mana Daud mengalami pergumulan.

Keberhasilannya dalam kehidupan bukan tanpa masalah, tapi bagaimana dia bisa hidup dekat dengan Tuhan. Daud pernah jatuh dalam dosa seksual, bahkan merencanakan pembunuhan, dan juga dikatakan sebagai ayah yang kurang peduli terhadap anak-anaknya, ketika peristiwa anaknya, Tamar diperkosa, dia tidak menunjukkan satu sikap yang tegas, bahkan anaknya, Absalom, mengkudeta dia. Hidupnya tidak lepas dari kekurangan sebagai manusia. Dalam 1 Tawarikh 29 dikisahkan akhir hidup Daud ditutup dengan satu hal yang indah. Dia mempersiapkan anaknya, Salomo, untuk membangun bait Allah, karena Daud tidak diizinkan Tuhan untuk membangunnya, tetapi dengan usahanya yang maksimal dia memberikan yang terbaik di akhir hidupnya. Kehidupan doa Daud menunjukkan relasi pribadi dengan Tuhan, bukan sekedar ritual.

Daud juga berdoa dalam segala situasi hidup, ketika dia sukacita, bersedih, bergumul, merasa tidak berdaya. Ada doa pada pagi hari, doa malam hari, doa pada siang hari, doa pergumulan minta tolong, doa kepercayaan, doa mohon dibenarkan oleh Tuhan, dsb. Dan yang menarik, semua doa yang dinaikkan oleh Daud merupakan satu bentuk doa dialogis. Daud mau berdiam mendengarkan kehendak Tuhan. Daud juga mengungkapkan situasi ketika dia dicurangi, ketika dia menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, ketika dia menyatakan kesesakan hati dan keputusasaan. Tetapi pada doanya, dia mengakhirinya dengan iman, dia katakan dia mau menaruh harapan pada Tuhan. Dalam komunikasi doa, kita tidak hanya berbicara kepada Tuhan, tetapi kita juga mendengar suara-Nya, kita mengerti apa yang Tuhan mau kita lakukan di dalam hidup kita. Doa adalah komunikasi dua arah.

Doa Daud adalah doa yang ekspresif, bagaimana Daud mengungkapkan isi hatinya, kadang dia menari, bersujud, berlutut, saat dia menyampaikan doanya. Dia tidak malu dengan kondisi sekitarnya, tetapi dia menyerahkan apa yang dia rasakan dalam hatinya kepada Tuhan dengan total. Ketika berdoa, Tuhan juga mau kita apa adanya, belajar secara ekspresif menyatakan doa-doa kita. Kita lihat dalam doa Daud ada dua sisi pemahaman: dia berdoa terhadap Allah yang dikenalnya, dan ia juga berdoa dengan takut akan Tuhan. Dia memakai akalnya mengenal siapa Tuhan yang dia percaya. Dia memakai sebutan nama Allah secara berbeda-beda dalam doanya, menunjukkan pengenalannya akan Tuhan. Dia menyebut Elohim (Allah yang Mahakuasa), Jehovah (Tuhan yang Besar, yang bisa dijangkau), Pribadi yang besar tapi juga yang menyediakan. Kita memakai hikmat dan akal budi untuk mengenal Tuhan. Bagian berikutnya, doa Daud itu adalah doa personal dan practical, artinya doa yang menunjukkan relasi yang dekat dengan Tuhan. Daud merasa bebas mengungkapkan apa yang dirasakannya dan terbuka terhadap Firman-Nya. Daud membawa segala yang dialaminya dalam doa, misalnya dalam Mazmur 3, ketika dia lari dari anaknya, Absalom, Daud menyampaikan segala keluh kesahnya pada Tuhan, tetapi dia juga menutupnya dalam satu keyakinan iman. Daud mengalami begitu banyak musuh yang mengejar dia, tetapi kita melihat di ayat 5 suatu respon yang tidak lazim, Daud mengatakan “Aku membaringkan diri lalu tidur.” Sewaktu musuh mengejarnya, dia meresponinya dengan tidur, karena dia tahu ada satu Pribadi menjaga dia.

Dan pada ayat 7-8 ia mengatakan, “Bangkitlah, Tuhan, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik. Dari Tuhan datang pertolongan.” Doadoa Daud merupakan ekspresi ketika dia mengalami pergumulan pribadi, tetapi dia juga mendapatkan kekuatan dari doa-doa yang dia naikkan, karena dia semakin diteguhkan akan siapa Allah yang dia percaya. Doa Daud bersifat devotional, confessional dan prophetical. Ada beberapa Mazmur yang menceritakan bagaimana Daud mengagumi karya Tuhan di dalam hidupnya. Kalau kita membaca Mazmur 23, merupakan satu refleksi Daud tentang Tuhan yang menuntun hidupnya. Pada akhirnya dia mengatakan Tuhan adalah gembalaku, setelah dia melalui banyak masa di dalam kehidupannya. Doa Daud adalah doa pengakuan dosa yang lahir dari hati yang terbuka terhadap Tuhan. Ketika nabi Natan datang menegurnya, Daud menyadari dosanya, dia tidak mengabaikan keseriusan dari dampak dosa itu. Dalam Mazmur 51, dia menunjukkan bahwa di dalam dosa dia dikandung, tetapi dia tidak menganggap sepele teguran Tuhan, justru dengan segala kehancuran hati dia mengekspresikan isi hatinya. Ada beberapa Mazmur yang menunjukkan kemuliaan yang jauh lebih besar dari kemuliaan raja. Mazmur 24 dan 110 menyebutkan bahwa akan datang kerajaan yang kemuliaannya tidak terbayangkan, artinya ini berbicara bukan hanya sekedar kemuliaan kerajaan saat ini. Di dalam doanya juga Daud menunjukkan bahwa hidupnya diubahkan sebagai seorang peziarah.

Berulang kali di dalam Mazmur, dia mengatakan, “Tunjukkan kepadaku,” “Pimpin aku,” “Nyatakan kehendak-Mu.” Sebagai peziarah Daud membutuhkan pimpinan Tuhan. Pada Mazmur 23 ia meyakini bahwa Tuhanlah gembalanya, apa pun kondisi yang sedang dihadapi dia mau percaya pada Tuhan. Dalam persoalan permasalahan, kesusahan, penderitaan, Daud tetap belajar untuk mengasihi dan percaya kepada Allah. Kita pun sedang menjalani ziarah rohani kita, kita boleh selalu bertanya pada Tuhan dalam perjalanan hidup kita: “Tuhan, tunjukan jalanku! Tuhan, apa yang harus kulakukan?” Mari kita selalu bergantung pada Tuhan, seperti Daud meyakini bahwa Tuhan adalah gembalanya. Terutama di saat-saat ini, di dalam segala ketidakmengertian kita, mari kita juga semakin meyakini Allah kita tidak membiarkan kita berjalan sendiri, Dia adalah gembala kita! Dalam perkataan Daud yang terakhir (2 Samuel 23:1-5), Daud mengalami kekecewaan terhadap bangsanya, keluarganya dan kepada dirinya sendiri tetapi dia adalah orang yang dikasihi Tuhan. Campuran yang indah antara doa-pujian, penderitaan-penghiburan, penyembahan dan ratapan, penyesalan, pemulihan, sukacita, air mata, tragedi dan kemenangan. Melalui doa Daud kita melihat bukan kehebatan Daud, tetapi kita diajak melihat kehebatan satu Pribadi yang luar biasa, yaitu Allah Daud. Hari ini kita masih memiliki Allah yang sama. Di tengah-tengah kegagalan hidup kita, mari kita mengalami karya Tuhan yang luar biasa, supaya ketika pada saatnya nanti, kita boleh juga dikenal, sebagai orang-orang yang mengasihi Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan. Tuhan memberkati setiap kita!