Narasi ini merupakan hasil dari wawancara penulis dengan William Filix Zadok, Evi Madalena, dan Vika Rosari Sinaga

Menjadi anak muda di perkembangan zaman yang pesat ini tentunya sangat tidak mudah, karena kita juga dituntut serba cepat mengikuti perkembangan zaman, misalnya ada banyak istilah baru yang menurut kita asing dan dan perlu dipelajari. Syukurlah ada berbagai wadah dan sarana pendukung yang memadai, memudahkan kita mempelajari hal-hal baru dengan cepat.

Di tengah perkembangan pesat teknologi, ada juga yang tetap mengalami kesulitan. Hal ini dialami oleh seorang mahasiswa yang bekerja sambal kuliah. Perkembangan zaman membuat banyak orang cenderung menutup diri. Ia jadi harus serba mandiri. Lingkungan di mana ia menempuh pendidikan S2 sangatlah berbeda dari lingkungannya saat menempuh pendidikan S1. Yang paling mencolok adalah invidualitas teman-temannya, sehingga motivasi atau penyemangat hanya berasal dari dalam diri atau internal, ditambah lagi mahasiswa ini juga harus bekerja, sehingga sangat menyulitkan dalam pengaturan waktunya. Hal lain yang membuat perjuangan semakin sulit adalah ia harus menjaga mood. Kelelahan membuat yang mudah jadi terasa sulit. Bukan karena malas, melainkan karena tenaga atau energi yang sudah habis terkuras.

Sebagai mahasiswa, kita harus selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal, khususnya dalam studi, karena tak jarang kita bertemu dengan orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Alih-alih cepat menghakimi orang lain, kita harus selalu meminta bimbingan-Nya, agar tetap dapat menjadi garam dan terang dunia.

Seorang guru muda juga mengalami kesulitan di tengah era teknologi digital. Ada berbagai kesulitan dan perjuangan dari seorang guru yang tidak banyak orang ketahui, terutama dalam memahami karakter anak dan orang tua yang beragam. Sang guru juga harus memiliki berbagai ide cemerlang saat melaksanakan kegiatan pengajaran kepada peserta didik, membangkitkan semangat belajar anak setiap harinya, dan harus mampu membaca situasi/kondisi dan mood anak didiknya. Kurangnya minat dan bakat murid dan kurangnya kerjasama antara guru dan orang tua untuk meningkatkan minat belajar anak juga menjadi penghambat. Guru pun harus mengetahui latar belakang berbeda murid yang diajar, yang memengaruhi kegiatan belajar-mengajar. Hal tersebut membuat guru mudah merasa lelah, sedih, dan putus asa. Jauh dari orang tua juga menjadi salah satu masalah. Komunikasi intens dengan orang tua dapat menaikan mood dan menjadi sumber dukungan bagi mereka.

Guru adalah sebuah profesi di mana seluruh aspek kehidupannya menjadi pusat perhatian murid maupun orang tuanya. Ia pun harus konsisten menjaga perilakunya. Walau sering dipandang sebelah mata, profesi guru adalah sebuah profesi yang hebat dan luar biasa dedikasinya. Sesulit dan sekeras apapun perjuangan yang harus dilewati, seorang guru akan senang apabila anak didiknya itu kelak berhasil dan sukses.

Semangat para pejuang dan pahlawan tanpa tanda jasa! Jangan lupa untuk selalu berdoa sebelum memulai aktivitas!