Dalam rangka Bulan Keluarga, GKI Gading Serpong mengadakan rangkaian seminar. Seminar pertama bertemakan “Gentle Parents, Strong Kids”, dibawakan oleh Eunike Mutiara, Ph.D., Psi., diselenggarakan pada Sabtu, 11 Oktober 2025, di Aula Kana, Griya Kasih, Jl. Kelapa Gading Barat Blok AG 15, Pakulonan Barat, Kelapa Dua, Tangerang. Acara dimulai pukul 16:30 WIB, dan dihadiri oleh 29 orang. Seminar dipimpin oleh MC sekaligus moderator, Lia Kristianti, diawali dengan lagu pembukaan yang diiringi oleh pemusik Thesa Junus dan Jody Alvian. Setelah itu, Pdt. Pramudya Hidayat membuka acara seminar dengan doa pembukaan.

Eunike memaparkan materi seminar menjadi tiga bagian besar, yaitu paradigm (paradigma), principles (prinsip), dan practices (praktek). Bagaimana kita memandang peran sebagai orang tua adalah amat penting, karena menentukan cara kita bersikap. Paradigma, dipandang dari time perspective (perspektif waktu) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu past (masa lampau), present (masa kini), dan future (masa depan). Eternal paradigm (paradigma abadi) memungkinkan kita untuk menganggap pengasuhan anak sebagai perjalanan penebusan, baik bagi orang tua maupun anak. Seperti dinyatakan dalam Filipi 3: 12-14, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, … Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus,” mencakup sikap redemptive (penebusan), God oriented (berorientasi pada Tuhan), dan process oriented (berorientasi pada proses).

Dari segi prinsip, gentle parenting (pendekatan pengasuhan yang lembut) membutuhkan pemahaman psikologis yang baik tentang diri kita sebagai orang tua dan anak-anak kita. Ikatan emosional yang terbentuk di masa kanak-kanaklah yang menjadi inti dari cara kita membentuk hubungan di masa dewasa. Kita mempunyai kebutuhan nurturing (berbagi sesuatu) kepada generasi berikut, yang akan membawa meaning (arti) bagi kehidupan kita.

Untuk mempraktikkan paradigma dan prinsip-prinsip psikologis di atas, ada empat poin yang perlu kita ketahui, yaitu know yourself (mengenali diri sendiri), flourish in spousal relationship (berbagi peran dalam kehidupan berkeluarga), set boundaries (menetapkan batasan), and be wholly involved (terlibat sepenuhnya).

Tahap pertama adalah mengenali diri, yaitu bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, bagaimana masa lalu kita berpengaruh, dan apakah sudah settled (mapan) atau belum. Jika mengalami kesulitan mengenali diri, bisa dibantu dengan konseling. Yang kedua, hubungan yang baik dengan pasangan bisa memengaruhi cara parenting (pengasuhan anak).

Selanjutnya, berbagi peran di dalam kehidupan berkeluarga dan juga setting the boundaries (memberikan batasan-batasan). Anak tahu, orang tua memegang otoritas terbesar. Kita perlu berhati-hati dengan istilah gentle parenting. Bukan berarti kita tidak boleh “marah”. Tuhan Yesus pun pernah marah untuk mendisiplin.

Terakhir, anak akan lebih bahagia bila kita dapat memberikan time (waktu), mind (pikiran), dan heart (hati) kepada mereka. Kita perlu menyelami pikiran anak, berbicara dengan bahasa mereka. Hal ini membutuhkan kreativitas. Perlu resolusi setelah memarahi anak, supaya mereka tahu tujuannya. Kita perlu juga meminta maaf kepada anak-anak. Kontrol diri, kasih tanpa syarat, dan pengampunan sebagai bentuk redemption (penebusan)-lah yang akan mengubah karakter anak-anak kita. Saat kita memahami bahwa hidup kita telah ditebus secara sempurna oleh Tuhan, kita akan lebih bisa memaknai perjalanan parenting sebagai proses yang begitu indah.

Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh MC dan doa penutup oleh Reni Yuliastuti pada pukul 18:30 WIB.

*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.