Tumbuh kembang anak kita di dalam Tuhan jadi perhatian khusus bagi para orang tua. Kali ini Majalah Anugerah bertemu dengan David Satyawan, Ketua Komisi Anak, yang menjelaskan mengapa anak kita perlu dibimbing dalam Tuhan sejak dini usai Kebaktian Anak.

 “Seperti halnya kita belajar bahasa Inggris dari kecil, belajar firman Tuhan hendaknya juga dimulai sejak kecil, supaya anak-anak kita bisa terus mengingatnya,” ujar David bersemangat.

Bagaimana jumlah guru pendamping di Komisi Anak?

Jumlah 150 orang yang aktif 120. Kita dibantu oleh remaja sebagai pendamping. Juga ada mahasiswa dari UPH College yang kuliah di jurusan keguruan. Ada persyaratan yang harus diikuti yaitu pembinaan cagur yang diadakan setiap tahun sekali di bulan Februari-April yang terbagi dalam 10 sesi. Untuk mengikuti pembinaan cagur, syaratnya harus sudah sidi atau baptis. Dalam pembinaan cagur ini kita juga mengundang jemaat dari Klasis Banten.

Bagaimana dengan pengiring musik saat kebaktian anak?

Kami sangat bersyukur jika bisa mendapatkan guru yang bisa bermain alat musik. Biasanya untuk menambah pemain musik, kami mencarinya dari remaja. Bila ada yang belum bisa tapi mau belajar, maka kami akan membuat kelas pembinaan pemusik, dan mengajar adalah guru-guru yang senior yang bisa memainkan alat musik.

Menjadi guru di kebaktian anak tidak bisa ganti-ganti, karena mereka wajib pelayanan untuk mengajar selama setahun di kelas yang sama, karena jumlah guru yang sangat terbatas. Jadi jika ada pemusik yang tidak hadir, berarti tidak ada yang bermain musik jadi hanya bisa Accapela (tepuk tangan). Saya berharap jumlah guru bisa terus bertambah agar pelayanan menjadi lebih baik.

Suka duka apa yang dijalani selama menjalani peran sebagai Ketua Komisi Anak?

Sebagai ketua, ini adalah periode kedua pelayanan di komisi anak, saya senang melihat anak-anak sekolah minggu semakin bertumbuh kembang di dalam Tuhan, yang terlihat dari antusias mereka dalam mendengar firman Tuhan. Kami semakain tertantang memikirkan bagaimana membawa mereka semakin mengenal Tuhan. Sulit juga untuk mengukur anak-anak dari tingkah lakunya. Kami lebih melihat barometernya ketika anak-anak memuji Tuhan, apakah semangat atau tidak. Ketika mereka perhatian dan fokus pada firman Tuhan dan mau terlibat dalam acara natal, maka kami ikut senang karena sudah mau aktif dalam pelayanan.

Bagaimana kesulitan yang dihadapi selama menjalani sebagai Ketua Komisi Anak?

Kalau sebagai ketua, yang paling susah adalah mencari orang untuk terlibat dalam pelayanan baru. Panitia dan pengurus biasanya orangnya itu-itu lagi. Guru kadang inginnya hanya menjadi guru saja, seperti halnya jemaat belum tentu mau menjadi majelis. Walaupun jumlah guru aktif sekarang 120 orang, yang kesannya banyak namun perlu diketahui setiap kelas pasti ada anak- anak bermasalah, kasusnya bisa anak-anak yang aktif atau hiperaktif yang membutuhkan perhatian khusus. Ketika didiamkan mereka akan membuat keributan yang bisa mengganggu ketertiban di kelas, jadi dibutuhkan lebih banyak guru lagi. Dalam tiap kelas ada guru inti dan pendamping yang biasanya dari remaja, dan tenaga mahasiswa dari Universitas Pelita Harapan (UPH). Jika dari pendamping itu ada yang tidak masuk maka guru di kelas itu menjadi kurang, karena biasanya remaja komitmennya agak kurang. Dalam menangani anakanak berkebutuhan khusus juga dibutuhkan kemampuan khusus dalam penanganannya. Kami sangat berharap mempunyai guru yang bagus secara kualitas.

Mengapa kita harus membawa anak kita ikut ke persekutuan anak?

Kami melihat bahwa pengaruh dunia semakin kuat dan besar, masalah pengaruh gadget dalam pergaulan sangat dominan. Alangkah baiknya jika pembinaan rohani anak dimulai sedini mungkin. Kalau fondasinya kuat, nanti ke atasnya akan semakin bertahan. Ketika anak-anak sudah menginjak usia remaja, kalau fondasinya sudah kuat, ketika menghadapi godaan dia bisa mengingat ayat-ayat yang sudah dihafalnya dalam mempertahankan dirinya di dunia yang penuh dengan godaan. Adalah suatu kebahagiaan jika anakanak SM binaan kita yang dulu masih kecil, kemudian di remaja melayani, di kebaktian umum juga melayani. Tetap setia dan berbuah di dalam Tuhan. Sampai ada seorang yang pengajar mengatakan, “Itu kan anak SM saya yang sudah besar dan sekarang ikut melayani”. Saya melihat ketika raut muka guru yang bahagia saat mereka melihat anak–anak SM nya tetap setia dan bertumbuh di dalam Tuhan. Saya merasa tujuan guru-guru SM itu tercapai.